sektor

RCN

Minggu, 04 Januari 2009

TEORI-TEORI FILSAFAT

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan

bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis

yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.

Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan

humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan

sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan

keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk

tersebut:
Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya.

Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau

elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang

filosofi humanisme yang antroposentrik.
Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau

dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya

dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman.

Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak

seluruh rasionalis adalah atheis.

Di luar diskusi keagamaan, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum,

misalnya kepada masalah-masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus

seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif para rasionalis

adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan

yang sedang populer.

Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana,

yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.

Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme

kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat

pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan

percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental

sama sekali.

Rasionalis
Anaxagoras
Isaac Asimov
Sanal Edamaruku
René Descartes
Benjamin Franklin
Sigmund Freud
Paul Kurtz
Robert A. Heinlein
David Hume
Julian Huxley
Robert G. Ingersoll
Immanuel Kant
Gottfried Leibniz
John Locke
Jim Herrick
H. P. Lovecraft
Nicolas Malebranche
Thomas Paine
Plato
Karl Popper
Taslima Nasrin
Ayn Rand
Gene Roddenberry
Bertrand Russell
Abraham Kovoor
Joseph Edamaruku
Barbara Smoker
Baruch Spinoza
Elizabeth Cady Stanton
Voltaire

EMPIRISME
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua

pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa

manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George

Berkeley dan John Locke.

MATERIALISME
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat

dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas

materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah

satu-satunya substansi. Sebagai teori materialisme termasuk paham ontologi

monistik. Materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada

dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang

realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme

PASIFISME/PRAGMATISME
Pasifisme adalah perlawanan terhadap perang atau kekerasan sebagai sarana

untuk menyelesaikan pertikaian. Pasifisme mencakup pandangan yang berspektrum

luas yang merentang dari keyakinan bahwa pertikaian internasional dapat dan

harus diselesaikan secara damai, hingga perlawanan mutlak terhadap penggunaan

kekerasan, atau bahkan paksaan, dalam keadaan apapun.

Pasifisme dapat didasarkan pada prinsip atau pragmatisme. Pasifisme

berprinsip (atau Deontologis) didasarkan pada keyakinan bahwa baik perang,

penggunaan senjata maut, kekerasan atau kekuatan atau paksaan secara moral

adalah salah. Pasifisme pragmatis (atau Konsekuensial) tidak memegang prinsip

mutlak demikian melainkan menganggap ada cara-cara yang lebih baik untuk

memecahkan suatu pertikaian daripada perang atau menganggap manfaat-manfaat

perang tidak sebanding dengan ongkosnya.

Merpati atau kelompok garis lunak adalah istilah yang digunakan secara

informal, biasanya dalam politik, untuk orang-orang yang lebih suka

menghindari perang atau memilih perang sebagai jalan terakhir. Sebagian orang

yang disebut merpati tidak menganggap posisi mereka sebagai pasifis karena

mereka berpandangan bahwa perang dapat dibenarkan dalam keadaan-keadaan

tertentu (lihat Doktrin tentang Perang yang Sah). Deskripsi ini merujuk

kepada kisah tentang Bahtera Nuh yang melukiskan burung merpati sebagai

lambang pengharapan akan keselamatan dan perdamaian. Lawan dari merpati

adalah rajawali atau kelompok garis keras.

Sebagian orang, yang menganggap dirinya pasifis, kadang-kadang meskipun

menentang perang, kenyataannya tidak menentang semua penggunaan kekerasan,

kekuatan fisik terhadap orang lain atau perusakan terhadap harta milik. Kaum

anti-militer, misalnya, secara spesifik menenang lembaga-lembaga militer

negara kebangsaan modern ketimbang mendukung "kekerasan" pada umumnya. Kaum

pasifis lainnya mengikuti prinsip-prinsip anti-kekerasan, karena yakin bahwa

hanya tindakan anti kekerasanlah yang dapat dibenarkan.

sejarah
Anjuran pasifisme dapat ditemukan jauh di dalam sejarah dan literatur.

Misalnya kecintaan akan seluruh kehidupan, manusia maupun bukan manusia,

adalah ajaran sentral dalam Jainisme yang didirikan oleh Mahavira 599-527 SM.

Nyawa manusia dihargai sebagai suatu kesempatan yang unik dan jarang untuk

mencapai pencerahan, dan membunuh seseorang - siapapun juga - apapun juga

kejahatan yang mungkin telah dilakukannya, adalah suatu tindakan memuakkan

dan tidak dapat dibayangkan. Di Yunani kuno, dua contoh dari Perang

Peloponesos 431–404 SM adalah protes anti kekerasan dari Hegetorides yang

berasal dari Thasos, dan mogok seks kaum perempuan Athena dalam komedi

Aristophanes Lysistrata.

Banyak orang yang menganggap Yesus sebagai seorang pasifis, berdasarkan

Khotbah di Bukitnya. Di sini, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan orang

yang berbuat jahat kepadamu," dan sebaliknya "siapapun yang menampar pipi

kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak

mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu." [1]

Gereja-gereja damai, Religious Society of Friends (Quakers), Amish, Menonit

dan Gereja Brethren, telah berabad-abad menjadi gereja-gereja pasifis. Koloni

Pennsylvania yang dikuasai kaum Quaker menerapkan kebijakan publik yang

pasifis dan anti-militersitik. Provinsi koloni ini selama 75 tahun, dari 1681

hingga 1756, pada dasarnya tidak bersenjata dan sedikit saja terlibat atau

bahkan sama sekali tidak dalam peperangan selama periode itu. Pada abad ke-19

sentimen anti perang berkembang. Banyak kelompok dan gerakan Many sosialis

pada abad itu yang anti militer, dengan alasan bahwa perang pada hakikatnya

adalah sebuah bentuk paksaan pemerintah atas kelas pekerja, yang dipaksa

untuk berperang dan mati dalam perang yang tidak memberikan keuntungan apapun

kepada mereka atas perintah dari tuan-tuan politik dan ekonomi mereka yang

tidak pernah menderita di garis depan peperangan. Pembunuhan atas pemimpin

sosialis Perancis Jean Jaurès pada 31 Juli 1914 dan keputusan Internasional

Kedua untuk kemudian meninggalkan chauvinisme dan militerisme serta kegagalan

untuk berhasil menentang Perang Dunia I dianggap sebagai salah satu kegagalan

terbesar gerakan sosialis.

Tolstoy adalah penganjur pasifisme yang gigih lainnya. Dalam salah satu

karyanya yang belakangan, Kerajaan Allah ada di antara kamu, Tolstoy

memberikan sejarah, uraian, dan pembelaan terhadap pasifisme.

Di Aotearoa/Selandia Baru pada paruhan kedua dari abad ke-19, Britania dan

para pemukim kolonial, menggunakan banyak taktik untuk mendapatkan tandah

dari orang-orang Māori, termasuk peperangan. Dalam salah satu kasus, seorang

pemimpin Māori begitu meyakinkan sehingga ia mampu menganjurkan para

pejuangnya untuk mempertahankan hak-hak mereka tanpa menggunakan senjata,

dalam suasana di mana para pejuang yang sama telah mengalahkan lawan-lawan

mereka pada tahun-tahun sebelumnya,Te Whiti-o-Rongomai meyakinkan 2000 orang

untuk menyambut para pasukan yang bertekad untuk perang ke desa mereka dan

bahkan menaawrkan makanan dan minuman. Pemimpin yang penuh damai ini pula

membiarkan dirinya dan rakyatnya ditahan tanpa perlawanan.

anjuran
Kutipan“ Apa bedanya untuk yang mati, para yatim piatu, dan mereka

yang kehilangan tempat bernaung, apakah penghancuran gila itu dilakukan atas

nama totalitariansime atau nama yang suci dari kebebasan dan demokrasi? -

Mahatma Gandhi ”
“ Sepanjang sejarah tidak ada perang yang tidak dilahirkan oleh

pemerintah, pemerintah saja, terlepas dari kepentingan rakyat, yang baginya

perang selalu merugikan, meskipun misalnya berhasil dimenangkan. - Leo

Tolstoy ”
“ Membalas kekerasan dengan kekerasan akan melipatgandakan kekerasan,

menambahkan kekelaman yang lebih mendalam kepada malam yang sudah tidak

berbintang. Kekelaman tidak dapat menghalau kekelaman: hanya terang yang

dapat melakukannya. Kebencian tidak dapat menghalau kebencian: hanya cinta

kasih yang dapat melakukannya. Kebencian melipatgandakan kebencian, kekerasan

melipatgandakan kekerasan, dan ketegaran melipatgandakan ketegaran dalam

lingkaran kehancuran yang kian mendalam ... Reaksi berantai dari kuasa jahat

- kebencian melahirkan kebencian, peperangan menghasilkan lebih banyak lagi

peperangan - harus dipatahkan, atau kita akan terjerumus ke dalam liang

pemusnahan yang gelap. -Martin Luther King Jr. ”
“ Menjadi pasifis di antara peperangan sama mudahnya dengan menjadi

vegetarian di antara waktu makan. - Ammon Hennacy ”
“ Konsep anti-kekerasan adalah sebuah gagasan keliru. Ia mempradugakan

adanya cinta kasih dan rasa keadilan pada pihak lawan kita. Bila lawan ini

hanya akan kehilangan segala-galanya dan tidak akan memetik keuntungan apapun

dengan melaksanakan keadilan dan cinta kasih, reaksinya hanya mungkin

negatif. - George Jackson. ”
“ Karena kaum pasifis mempunyai lebih banyak kebebasan bertindak di

negara-negara di mana jejak demokrasi bertahan, pasifisme dapat bertindak

lebih efektif dalam merugikan demokrasi daripada menguntungkannya. Secara

obyektif, seorang pasifis adalah pro Nazi.- George Orwell. ”
“ Menjadi pasifis untuk menyelamatkan nyawa sendiri adalah normal,

menjadi pasifis demi nyawa orang lain adalah pasifisme sejati. - Jacob Borer


“ Nabi Muhammad datang ke dunia dan mengajarkan kepada kita - Bahwa

seorang Muslim adalah orang yang tidak pernah menyakiti siapapun juga baik

dengan perkataan maupun dengan perbuatan, melainkan yang berusaha demi

manfaat dan kebahagiaan makhluk-makhluk Allah. Percaya kepada Allah berarti

mencintai sesama kita manusia. - Khan Abdul Ghaffar Khan.

FENOMENOLOGI
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari

manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa

dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti

daripada fenomena ini.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 -

1777), seorang filsuf Jerman. Dalam bukunya Neues Organon (1764). ditulisnya

tentang ilmu yang tak nyata.

Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas

fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal

dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari

apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting

dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.

EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia

individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan

secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya

bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi

seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya

masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya

tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia,

dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang

berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah

kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin

utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk

determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.

Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat

Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be

free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian

manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi

kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau

"dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang

bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya

universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu

adalah kebebasan individu lain.

Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang

lain-daripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang

berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun

yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan

atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan

adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan

terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan

sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah

kita menjadi dokter atas keinginan orangtua, atau keinginan sendiri.

1 komentar:

  1. jangan menjadikan filsafat sebagai pedoman diatas segala galanya,karena filsafat hanyalah buah pemikiran seseorang yang apabila di kaji secara mendetail dari berbagai macam aspek,bisa jadi kebenarannya belum bisa di pastikan

    BalasHapus

masuk