sektor

RCN

Sabtu, 23 Mei 2009

BELAJAR DARI HERCULES (Menelusuri Dibalik Jatuhnya Pesawat TNI)


Oleh : Agus Riza Hisfani*

Setiap peristiwa memiliki sebab serta motivasi yang dibangun untuk menyelesaikan setiap kondisi yang menghimpit. Terjadinya revolusi pertama di belantara Nusantara yang pada waktu itu dikenal dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) mampu menggulingkan Orde Lama (Presiden Soekarno) yang dicekik oleh kompleksitas permasalahan terutama dibidang ekonomi & politik. Hal ini diulang kembali oleh mahasiswa pada rezim Orde Baru (Presiden Soeharto) mahasiswa menumbangkan rezim yang berkuasa selama 32 tahun di Negeri ini dengan membedah kebusukan Korupsi, Kolusi & Nepotisme (KKN) yang menjadi penyakit akut rezim tersebut. Keduanya terjadi karena terlalu lamanya kelaliman merenggut kebebasan rakyat disemua sector dan kebebasan pula yang menjadi katalisator motivasi rakyat untuk merdeka.
Orde Lama dan Orde Baru telah tumbang, dan kini diganti orde yang disebut sebagai orde reformasi, dimana rezim ini menawarkan agenda perubahan disemua sector. Adanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mampu membawa elit politik berkerah putih pada persidangan lembaran-lembaran yang mereka korupsi. Satu-persatu pejabat diciduk, hal ini mampu meningkatkan citra kepercayaan rakyat kepada pemerintahan yang selama ini dianalogikan sebagai tikus-tikus kantor (judul lagu Iwan Fals).
Usaha untuk memberantas bahaya laten korupsi ditingkat sipil bisa dikatakan cukup berhasil. Namun bahaya laten korupsi kini mulai menjangkit pada instiotusi militer baik di TNI AD, TNI AU, maupun TNI AL. Mulai dari potongan gaji bulanan yang terjadi di Jayapura oleh komandannya sendiri, maupun potongan anggaran untuk operasional dan perawatan persenjataan ALUSISTA (Alat Utama Sistem Senjata). Hal ini berujung pada delapan kecelakan pesawat yang terjadi sepanjang tahun 2008-2009. secara mendasar, penyelidikan pesawat militer tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Keteledoran Pengemudi Pesawat (pilot), 2. Keteledoran Mekanik Pesawat, 3. Serangan dari Luar TNI dan 4. Kondisi Pesawat tidak Layak Pakai. Keempat sebab mendasar tersebut akan kita coba kupas bersama :
1. Keteledoran Pengemudi Pesawat (pilot)
Pengemudi pesawat (pilot) terutama pesawat tempur, merupakan pasukan central dalam tubuh TNI. Karena tidak semua tentara, baik TNI AD, TNI AU, maupun TNI AL yang mampu untuk mengemudi transportasi udara tersebut. Dibutuhkan seleksi yangketat dan pelatihan yang amat rumit, hanya tentara-tentara yang dinyatakan lulus seleksi saja yang memperoleh pendidikan penerbangan. Kedisiplinan di institusi militer tidak diragukan lagi, karenanya sangat kecil kemungkinan kecelakaan delapan pesawat militer yang terjadi dalam kurun waktu tahun 2008-2009 disebabkan oleh keteledoran pilot yang disiplin dan terlatih.


2. Keteledoran Mekanik Pesawat
Mekanik, terutama mekanik pesawat merupakan orang yang detail dan matang dalam setiap perhitungan hal-hal yang bersifat teknis, terlebih mekanik tersebut hasil didikan militer. Ketelitian, kecerdasan, kecermatan dan kematangan mekanik akan selalu menjadi pertimbangan pimpinan pasukan dalam menugaskan mekanik. Namun keteledoran mekanik dapat terjadi apabila pimpinan militer terlalu sering memotong gaji bulanan yang harus mereka terima tanpa alasan yang rasional. Kemungkinan mekanik pesawat yang sakit hati dengan melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakan pesawat sangat kecil. Karena sebelum pesawat lepas landas, seorang mekanik harus memeriksa dengan detail setiap bagian dari pesawat terutama dibagian mesin. Pada saat lepas landas, mekanik juga diharuiskan ikut serta dalam rombongan penerbangan pesawat tersebut sebagai bentuk tanggung jawab atas pekerjaan sebelumnya. Bahkan setelah pesawat mendarat, mekanik masih harus memeriksa kemungkinan terjadinya kerusakan dalam tubuh pesawat secara detail. Mungkinkah mekanik dengan sengaja melakukan tindakan terlarang dengan resiko kematian pada dirinya sendiri..?

3. Serangan dari Luar TNI
Di zaman peperangan sebelum kemerdekaan atau 10 tahun pasca proklamasi, pesawat militer sering terjatuh karena mendsapat serangan bertubi_tubi dari pasukan penjajah maupun sparatis, atau pesawat jatuh karena berada pada posisi menyerbu penyusup yang masuk melalui perbatasan Negara secara ilegal. Hal ini dapat dimaklumi, selain membutuhkan keahlian pilot dalam menyerang lawan maupun menghindari serangan, kita juga harus memperhitungkan seberapa besar pasukan yang menyerang pesawat TNI.
Namun apakah mungkin pesawat akan diserang pihak luar TNI apabila sedang berlatih, mengantarkan pasukan pulang kedaerahnya, atau mengantarkan bantuan logistic bencana serta penerbangan yang bersifat rutinitas didalam Negeri..? meskipun separatis/ pemberontak, pasti akan membiarkan TNI terbang apabila operasi mereka hanya untuk kepentingan tersebut. Jadi bisa dikatakan mustahil pesawat militer jatuh dikarenakan serangan dari pihal luar TNI.

4. Kondisi Pesawat tidak Layak Pakai Karena Faktor Usia
Usia jenis pesawat yang dimiliki oleh TNI AD, TNI AU, maupun TNI AL rata-rata adalah 30 tahun keatas, bahkan pesawat Hercules yang terbaru berumur 53 tahun. Pesawat Hercules yang lebih dikenal dengan sebutan pesawat elit, karena mambawa Presiden RI pertama Indonesia hingga Presiden RI saat ini dalam lawatan kedalam dan luar negeri.
Pesawat Hercules pernah membawa Presiden Soekarno dalam lawatan ke-Amerika Serikat tahun 1955, mambawa jenazah Presiden Soekarno, membawa jenazah Wapres Hamangkubuwono IX, membawa jenazah Presiden Soeharto dan Ibu Tin, serta membawa elit politik dan militer baik dalam keadaan hidup maupun mati. Namun yang terjadi pada pesawat jenis C-130 Hercules Alpha 1325 milik TNI AU di Desa Geplak, Karas, Megetan, Jawa Timur, Rabu, 20 Mei 2009 menambah deretan daftar pesawat milik TNI yang mengalami kecelakan menjadi 8 pesawat yang tidak disebabkan oleh tiga hal yang kami paparkan diatas. Bila tiga hal tersebut tidak menjadi sebab, apakah ini murni kecelakan (musibah). Begitu kuatnya pribahasa “Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi” hingga mampu menghipnotis militer untuk tetap memakai pesawat yang sudah uzur secara usia, atau ada hal yang disembunyikan dari public hingga terjadi penuaan yang cepat terhadap pesawat militer..?
Rentetan kecelakan pesawat militer disepanjang tahun 2008-2009 merupakan terbukanya hidden konspirasi terstruktur dalam tubuh TNI, mulai dari elit militer hingga pasukan yang berpangkat rendah. Apakah hidden konspirasi tersebut dapat kita kerucutkan menjadi sebuah kospirasi yang disebut KORUPSI.. ? Mari kita coba kupas hal ini melalui identifikasi anggaran dana ALUSISTA (Alat Utama Sistem Senjata) dan pemotongan gaji bulanan oleh komandanpasukan yang terungkap di Jayapura. Terlebih empat sebab mendasar yang kami jadikan identifikasi dibalik terjadinya kecelakan pesawat militer tersebut hingga detik ini tidak menjadi kesepakat bulat peneliti untuk dijadikan landasan dalam setiap kecelakan pesawat militer, yang sering menjadi alasan peneliti untuk lari dari penyelidikan adalah gengan mengatakan kesalahan teknis pilot atau seberani-beraninya tim identifikasi mengatakan bahwa pesawat tersebut terlalu tua atau tidak layak pakai. Bila demikian sangat besar kemungkinan adanya praktek pemotongan anggaran dana secara illegal (korupsi) oleh pihak-pihak terkait dalam tubuh militer.
Setiap kejadian pasti memiliki sebab, dan setiap sebab pasti memiliki tokoh yang terlibat didalamnya sebagai pemeran utama dalam terjadinya konspirasi tersebut. Sama halnya dengan terjadinya kecelakan pada pesawat militer akhir-akhir ini, dua tokoh elit politik RI yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI) dan Jusuf Kalla (Wapres RI) memiliki pandangan berbeda dalam mengutarakan pendapat terkait jatuhnya pesawat jenis C-130 Hercules Alpha 1325 milik TNI AU di Desa Geplak, Karas, Megetan, Jawa Timur, Rabu, 20 Mei 2009, Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI) berpendapat bahwa kecelakan pesawat terebut dan pesawat-pesawat militer sebelumnya adalah kecelakan murni (musibah) karena terjadinya kerusakan disaat pesawat tersebut beroperasi.....anggaran untuk alusista sudah kami perhatikan dengan menambah anggaran ditiap tahunnya, jadi kami sudah memberikan pendanan yang sesuai dengan kebutuhan operasional dan perawatan alat-alat militer ditiap tahunnya. Berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI), Wapres RI Jusuf Kalla berpendapat bahwa kecelakaan pesawat militer sebelumnya maupun pesawat jenis C-130 Hercules Alpha 1325 milik TNI AU karena memang minimnya dana alusista, beliau berjanji akan menaikkan dana alusista ditahun-tahun berikutnya.
Terlepas dari peperangan antara Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI) dengan Wapres RI Jusuf Kalla dalam kampanye PILPRES 2009-2014 yan sama-sama menjadi CAPRES. Ungkapan kedua elit politik RI tersebut dapat menjadi katalisator terungkapnya korupsi dalam tubuh militer yang selama ini tertutupi dengan rape serapi pasukan dalam baris-berbaris. Figure Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI) sebagai mantan jenderal sudah dapat dipastiklan menyembunyikan penyelewengan didalam institusi yang membesarkan karir politiknya. Begitu juga dengan Wapres RI Jusuf Kalla, meskipun backroundnya bukan berasal dari militer, namun kedudukannya sebagai wapres dan CAWAPRE juga akan menjadi pertimbangan matang untuk mengamankan posisinya saat ini serta jalannya menuju kursi RI I dalam PILPRES 2009-2014. apakah mungkin keduanya (Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI) dengan Wapres RI Jusuf Kalla) akan dengan tegas menindak setiap pelaku korupsi ditubuh militer sebagaimana keperkasaan mereka berdua melalui KPK damal menindak pelaku korupsi yang dilakukan oleh sipil…..?
Korupsi dalam tubuh militer yang kami paparkan masih bersifat praduga, mengingat banyaknya kecelakan pesawat militer akhir-akhir ini dan belum ditemukannya sebab serta alas an yang rasional dibalik tragedy kecelakan pesawat tersebut. Praduga ini akan menjadi benar manakala KPK sebagai lembaga yang menahkodai pemberantasan korupsi mampu masuk dalam tubuh militer yang selama ini amat tertutup, atau bila pemerintah serius menangani permasalahan tersebut dengan membentuk lembaga diinternal militer yang memiliki kewenangan layaknya KPK.
Terlepas dari sebuah harapan, melalui KPK/ pembentukan lembaga diinternal militer sebagaimana KPK, mungkinkah pasukan akan meneliti komandannya atau komandan meneliti jenderalnya ketika atasan mereka terlibat dalam konspirasi korupsi, mengingat tingkat kedisiplinan serta kepatuhan perintah structural (siap laksanakan) ditubuh militer sangat tinggi..?
Menurut kami bahaya laten korupsi dalam tubuh militer dapat dihapus mengingat tentara dilatih untuk berperang, jadi bagaimana pemerintah dapat membuat terobosan agar keahlian mereka tidak hilang karena tidak bertemu dengan situasi peperangan, agar mereka tidak mengalihkan keahlian mereka dibidang lain yang bersifat negative seperti halnya korupsi. Kita dapat mencontoh militer Cina, Iran atau Amerika Serikat dalam membuat terobosan untuk mengantisipasi tingkat kejenuhan pasukan militer pra dan pasca peperangan, dengan mengirim dalam misi perdamaian dunia, pemberantasan teroris atau sparatis, pembuatan senjata canggih, bukan pembelian, atau sekolah militer diluar negeri pbagi pasukan terbaik untuk mengasah kemampuan mereka.
Akhir kata, semoga apa yang kami tulis adalah kesalahan praduga. Namun bila tulisan kami mendekati realita dibalik tabir, semoga KPK atau lembaga senada dengan KPK ditubuh militer mampu bekerja secara independent dan professional, agar tidak ada rumah dan sawah sipil yang dijadikan tempat mendarat pesawat militer yang mulai batuk-batuk karena terserang asma korupsi diumur yang mulai menua.

Buku Bacaan
1.Tim Weiner, Legary Of Ashes The History Of CIA, (terj), Akmal Syamsuddin, Kegagalan CIA, Jakarta ; PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet. II., 2008.
2.Jendr., Purn., Wiranto, Beraksi ditengah Bada, Jakarta ; PT. Pustaka Utama Press, Cet. IV., 2007.
3.Mayj., Letkol., Purn., Sintong Panjaitan, Pasukan Elit Komando, Jakarta ; PT. Grafiti Perss, Cet. III., 2009.
4.Jendr., Purn., Prabowo Subianto, Perang Para Komanda, Jakarta ; PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet. III., 2006.
5.http://kompas.com/read/xml/2009/05/20/18373531/98.Died.on.Madiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masuk